Cari Blog Ini

"WORDS CAN CHANGE ANYTHING"

Hidup ini singkat. Tidak ada waktu untuk meninggalkan kata-kata penting tak terkatakan. -Paulo Coelho-

Selasa, 18 Januari 2011

INDONESIA-MALAYSIA, BUKAN KONFLIK BIASA

Oleh: Yusi Adistya

Piala AFF 2010, yang sarat akan gengsi dan emosi di mana pada partai final mempertemukan musuh bebuyutan yaitu Indonesia Vs Malaysia. Ternyata tidak hanya terjadi di sepakbola saja, kedua negara bertetangga ini sering menjadi rival di bidang lainnya.
Meski sering disebut sebagai bangsa serumpun, hubungan Indonesia-Malaysia pada kenyataanya tidak lantas seiring sejalan. Indonesia-Malaysia justru kerap terlibat “konflik” yang bahkan sudah berakar sejak masa-masa awal berdirinya kedua Negara tersebut. Perjalanan waktu tak mampu menumbuhkan hubungan kemitraan yang ideal. Hingga kini, konflik dan persaingan, mungkin menjadi kata yang lebih tepat dalam menggambarkan hubungan kedua negara.
Sejarah mencatat, kedua negara tersebut pernah bersitegang mulai dari kasus penganiayaan TKI, perebutan hak paten sepihak Malaysia terhadap warisan budaya bangsa, hingga konflik perbatasan yang berdampak langsung pada kehidupan masyarakat perbatasan.
Maka sangat wajar jika laga final yang akan digelar nanti bermakna lebih dari sekadar pertandingan olahraga. Melainkan juga sebagai ajang pertaruhan harga diri dan pelampiasan dendam bagi mayoritas masyarakat Indonesia yang cenderung memandang negatif bangsa Malaysia, begitu pula sebaliknya.
Berbicara pertandingan final yang kian menggelora, api persaingan makin terlihat dari masing-masing kubu. Lihat saja, sebelumnya kedua tim pada babak penyisihan berada dalam satu group B dan sukses melaju kebabak semifinal, Indonesia sebagai juara dan malaysia sebagai runner up group.
Pada babak penyisihan di Stadion Gelora bung Karno, Indonesia menganyang malaysia dengan skor telak 5-1, yang membuat Firman Utina dan kawan-kawan mendapatkan apresiasi yang sangat luar biasa dari masyarakat Indonesia. Dukungan yang begitu besar dari rakyat Indonesia dibalas oleh Timnas dengan memberikan predikat tim yang belum terkalahkan sampai babak Final ini.
Timnas lebih diunggulkan, karena sebelumnya telah mengalahkan Malaysia pada babak penyisihan, namun apakah hal itu dapat terulang di partai final ini? Sebagai rakyat Indonesia kita tentunya semua berharap agar Tim Merah Putih dapat menjadi juara.
Akan tetapi hal itu tidak akan diberikan dengan mudah oleh Malaysia, bahkan Malaysia bertekad balas dendam atas kekalahan sebelumnya. Rasa optimis itu bukan tidak beralasan, dimana pada semifinal malaysia berhasil menumbangkan raksasa Sepakabola Asean vietnam dengan skor meyakinkan.
Final pertama yang diadakan di Malaysia pada Piala AFF 2010 ini justru semakin menggetarkan rasa permusuhan di antara keduanya. Terlebih ketika ada kasus penembakan sinar laser ke pada sebagian pemain Timnas Garuda. Hal tidak sportif ini dilakukan oleh supporter Malaysia yang berusaha menggoyahkan pertahanan Indonesia. Sontak ini menjadi bukti kecurangan yang direncanakan secara rapi.
Malaysia sudah membuktikan bahwa mereka juga jago di kandang dengan skor 3-0 untuk Malaysia. Rona pendukung sangat mempengaruhi irama permainan. Karena semangat para pemain sebagian besar dipengaruhi oleh bentuk dukungan dari berbagai pihak.
Stadion di mana partai final diadakan akan menjadi arena "pertempuran" dua tim terbaik AFF 2010 dan juga pertempuran Nasionalisme pendukung kedua masing-masing Negara. Sehingga tidak hanya pemain yang akan berlaga di lapangan hijau, namun juga perang terjadi di atas tribun penonton.
Partai Final ini akan sangat menegangkan dan akan berpontesial ricuh bila kedua kubu tidak dapat menahan diri, sehingga perlu pengamanan yang ekstra ketat dari pihak keamanan, karena selain sejarah hubungan malaysia dan Indonesia kurang baik pemicu kericuhan bisa juga sengaja dikonflikan oleh negara-negara yang memiliki kepentingan Malaysia dan Indonesia tidak harmonis.
Sebagai bangsa Indonesia, kita berharap agar para pemain kedua tim menukjukan fair play sehingga emosi penonton dapat dikondisikan. Begitu juga para penonton agar kiranya lebih melihat ini pertandingan olah raga bukan harga diri bangsa, dan kepada pihak penyelenggara agar kiranya lebih memperhatikan keamaanan.
Karena, melalui sepak bola, sebuah negara yang terpinggirkan dalam kancah internasioal bisa menemukan kebanggaan dan pengakuan. Dan ambisi terbesar dalam final Piala AFF ini yakni menilai sepakbola sebagai sebuah sarana yang menyediakan kesempatan bagi sebuah negara untuk menegaskan identitas kebangsaan mereka agar diakui oleh dunia.
Karena di balik pertandingan sepak bola selalu ada gengsi dan harga diri yang dipertaruhkan. Kehormatan sebuah negara akan sangat berkaitan dengan sentimen negatif dan rasa kebanggaan sebagai warga negara.
Artinya, kedua negara bisa menjadikannya sebagai sebuah ajang unjuk kebesaran atau bahkan menjadi sarana rekonsiliasi untuk memulihkan hubungan kedua negara. Tergantung bagaimana rakyat dan pemerintah kedua negara memandang laga final nanti. Semangat Garudaku, Semangat Indonesiaku!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar