Cari Blog Ini
"WORDS CAN CHANGE ANYTHING"
Hidup ini singkat. Tidak ada waktu untuk meninggalkan kata-kata penting tak terkatakan. -Paulo Coelho-
Selasa, 18 Januari 2011
Mahasiswa dan Demonstrasi
Oleh Ninis Chairunnisa
Ketika mendengar kata mahasiswa, seringkali yang terlintas dipikiran kita adalah demonstrasi atau aksi. Dua kata tersebut terasa sangat melekat dan saling bersinggungan. Ketika kita melihat kerumunan orang di jalan yang membuat macet, pasti yang terlintas adalah ada demonstrasi mahasiswa. Berita- berita di layar kaca pun setia mengangkat tentang demonstrasi mahasiswa. Sebenarnya mengapa mahasiswa sangat erat sekali dengan yang namanya demonstrasi atau aksi?
Mahasiswa boleh berbangga dengan julukannya sebagai agent of change dan agent of control. Predikat mahasiswa terasa sangat luar biasa dengan adanya imbuhan “maha”. Masyarakat awam pun ketika bertemu mahasiswa, akan seperti sangat menngelu-elukan dan menggantungkan harapan terhadapnya. Yang mereka tahu, mahasiswa adalah orang yang lebih pintar dari mereka dan mampu membawa perubahan bagi mereka.
Sejarah pun menggoreskan bahwa mahasiswa telah menumbangkan rezim besar melalui kekuatan maha-nya. Perubahan demi perubahan di negeri ini diakui atau tidak sedikit banyak dipengaruhi oleh gerakan mahasiswa. Negeri bisa langsung dibuat heboh oleh satu tindakan mahasiswa. Salah satu tindakannya adalah demonstrasi.
Demonstrasi sendiri adalah sebuah gerakan protes sekumpulan orang di hadapan umum yang dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penantang kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula penekanan sebagai sebuah upaya secara politik oleh kepentingan umum. Setelah rezim suharto tahun 1998, demonstrasi menjadi marak dan telah dijadikan sebagai upaya pembebasan pendapat di Indonesia.
Sekarang ini, demonstrasi dirasa sebagai sebuah kegiatan yang efektif untuk menyampaikan pendapat atau aspirasi kepada para petinggi negeri. Cara- cara formal seperti audiensi atau jajak pendapat, mulai ditinggalkan lantaran dinilai kurang efektif. Penyebab ketidakefektifannya adalah kegiatan formal tersebut sulit dilakukan dan dampaknya memakan waktu lama.
Kadang kala, kegiatan tersebut tak mendapat tanggapan lantaran tidak semua petinggi negeri kita mau duduk bersama rakyatnya untuk tahu aspirasi dan kebutuhan rakyatnya. Hal ini menjadi salah satu sebab kekecewaan mahasiswa terhadap orang- orang atas negeri. Mahasiswa menganggap orang atasnya sebagai orang yang tak mau ditegur dengan cara halus, tetapi harus dengan cara agak keras. Dan alhasil, demonstrasi menjadi jalan pintas bagi mereka untuk menyampaikan aspirasi rakyat.
Pada dasarnya, demonstrasi digunakan karena mampu menarik perhatian, baik itu perhatian dari rakyat, aparat sampai pada pejabat. Saat mahasiswa harus melakukan kegiatan yang tidak mampu menarik perhatian tiga elemen tersebut, tentu kegiatan yang dialakukannya menjadi kegiatan yang mentah dan tidak ada aspirasi ataupun opini publik yang bisa dibangun.
Jika mahasiswa melakukan demonstrasi, apalagi kegiatan demonstrasi tersebut mampu meraup massa hingga ratusan orang tentu media massa pun tidak akan segan untuk menaikkannya menjadi berita. Berita apapun yang naik ke media massa sekarang ini pasti tetap akan dianggap penting dan akan mendapat perhatian masyarakat. Terlebih lagi berita yang menyangkut kepentingan khalayak. Logikanya, ketika media massa mengangkatnya menjadi berita lalu ditayangkan atau disebarkan secara meluas kepada khalayak ramai, maka akan banyak pasang mata yang menyaksikannya. Itu berarti akan ada respon sebagai efek dari berita tersebut. Responnya bisa berupa dukungan, perubahan kebijakan atau bahkan perlawanan. Respon itu sendiri bisa berasal dari rakyat ataupun dari pejabat yang dituju.
Akan tetapi, banyak orang yang seringkali memandang sebelah mata terhadap kegiatan mahasiswa berupa demonstrasi. Orang- orang tersebut menganggap kegiatan tersebut hanya memacetkan jalan, merusuhkan keadaan dan tidak ada artinya. Bahkan tidak jarang sesama mahasiswa pun menganggap demikian terhadap mahasiswa yang melakukan demonstrasi. Permasalahan tersebut bersumber dari kekurangtahuan terhadap hakikat tindakan mahasiswa tersebut.
Bagi mahasiswa yang benar- benar punya frame berpikir untuk melaksanakan tugasnya sebagai agent of change dan agent of control, menganggap demonstrasi sebagai bentuk aplikasi dari tindakannya dalam membuat perubahan bagi negeri. Masa ketika menjadi mahasiswa dianggap sebagai masa dimana manusia dapat bertindak dengan sangat idealis. Artinya, mahasiswa masih sangat luas kesempatannya untuk melakukan apa yang dianggapnya benar, termasuk tindakannya dalam melakukan demonstrasi demi membawa perubahan bagi rakyat. Karena setelah mendapat predikat mahasiswa, seseorang tidak boleh lagi hanya memikirkan diri sendiri. Mahasiswa harus membagi pikirannya untuk dirinya dan rakyat. Oleh karena itu, ketika kita menjadi mahasiswa kita diajarkan untuk tidak egois. Rakyat adalah orang yang harus menjadi pusat perjuangan sebagai unsur terbesar dari sebuah negara. Segala aspek tindakan atau gerakan mahasiswa akan diarahkan selalu untuk kepentingan rakyat banyak.
Langkah untuk berdemonstrasi sebenarnya adalah langkah terakhir yang dilakukan mahasiswa untuk menyampaikan pendapatnya setelah jalur- jalur formal harus dimentahkan. Hanya saja tidak sedikit golongan mahasiswa yang setelah melakukan kajian internal terkait isu langsung turun ke jalan untuk berdemonstrasi tanpa mencoba melakukan pendekatan dengan jalur yang lebih halus. Pada dasarnya, jika sebuah permasalahan diangkat menjadi isu dalam suatu agenda demonstrasi, pejabat yang terkait permasalahan tersebut akan mudah dijatuhkan namanya. Jika ada kesepakatan yang baik antara dua belah pihak, jalan halus pasti bisa ditempuh. Hanya saja, sejujurnya kadang kedua belah pihak enggan untuk mengalah dan menggadaikan idealisme atau prinsip masing- masing.
Demonstrasi dipandang dari segi pengertian jelas bukan suatu hal yang salah. Dalam kenyataan, demonstrasi tidak bisa juga dianggap sebagai tindakan mahasiswa yang buruk. Demontrasi hanya kendaraan sederhana dari mahasiswa yang dipakai menuju perubahan yang bermanfaat bagi rakyat. Demonstrasi akan dipandang buruk tatkala berjalan dengan anarkis. Pandangan tersebut berasal dari oknum mahasiswa yang tak menjunjung keintelektualan. Mahasiswa yang menjunjung intelektual pasti menjalankan demonstrasi yang aman dan tertib.
Mahasiswa sama sekali tidak bisa dipisahkan dari kegiatan demonstrasi. Terlepas termasuk ke dalam kategori apa si mahasiswa bersangkutan. Yang jelas, sebagai kaum intelektual mahasiswa punya tugas menjadi penyambung lidah rakyat. Suara mahasiswa adalah suara rakyat. Kalimat itu tergaung dalam dunia pergerakan mahasiswa. Mahasiswa terdengar gaungnya karena kegiatan demonstrasinya. Tentu saja bukan sembarang gaung tanpa dilandasi intelektualitas. Gaung tersebut yang bisa mengguncang negeri dan melahirkan perubahan. Kita patut menghargai pendapat orang lain dan caranya menyampaikan pendapat. Artinya kita pun patut menghargai mahasiswa dengan dinamika kegiatan demonstrasinya. Mari kita kawal.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar