Cari Blog Ini

"WORDS CAN CHANGE ANYTHING"

Hidup ini singkat. Tidak ada waktu untuk meninggalkan kata-kata penting tak terkatakan. -Paulo Coelho-

Rabu, 08 Desember 2010

JELAJAHI KOTA TUA JAKARTA

Oleh : M. Hashemi Rafsanjani
Jika anda termasuk yang menyukai wisata bersejarah, anda pasti pernah mendengar nama kota tua. Tempat wisata bersejarah yang terletak di Jakarta bagian utara ini memang salah satu tempat favorit bagi anda penikmat wisata tempo dulu, Terutama anda yang mempunyai hobi fotografi.
Jika merujuk pada Wikipedia Lingkungan, yang termasuk wilayah kota tua meliputi Sunda Kelapa, Pasar Ikan, Luar Batang, Kali Besar, Taman Fatahillah dan Glodok. Luas wilayah Kota Tua Daerah sekitar sekitar 139 hektar. Kawasan ini merupakan awal dari masa depan perkembangan kota Jakarta sejak abad 14.
Selama tahun 1527 ini adalah kota pelabuhan yang direbut oleh Fatahillah dan berganti nama menjadi Jayakarta. Lebih lanjut lagi di tahun 1620 kota ini dikuasai oleh VOC Belanda yang diubah menjadi Batavia pada abad ke 18.
Ini merupakan kunjungan saya ke Kota Tua Jakarta untuk yang kedua kalinya, akan tetapi kali ini berbeda maksud dan tujuannya. Yang sebelumnya pada kunjungan pertama saya bertujuan untuk memenuhi mata kuliah kajian budaya, berbeda dengan kunjungan kedua saya. Kali ini berwisata sekaligus menyalurkan hobi fotografi.
Saya berangkat menuju Kota Tua hanya bersama satu orang rekan saya saja, yang kebetulan memiliki maksud dan tujuan sama. Awal titik keberangkatan kami, dimulai dari halte bus Universitas Sultan Ageung Tirtayasa Serang. Menggunakan bus antar kota dengan tujuan Merak - Kalideres.
Sekitar pukul 10.00 pagi, bus yang kami naiki berangkat menuju terminal Kalideres hampir sekitar satu jam perjalanan kami tempuh menggunakan bus mengingat jika menaiki kereta api ataupun menggunakan sepeda motor sepertinya akan memakan waktu cukup cukup lama. Kami tiba di terminal kalideres sekitar pukul 11.00 siang.
Selanjutnya kami berdua melanjutkan perjalanan dengan menggunakan Busway. Tiket Busway kami peroleh, hanya dengan mengeluarkan ongkos Rp 3500 berdasarkan tarif yang sudah ditentukan oleh kebijakan Badan Transportasi. Setelah tiket yang kami peroleh, Busway dengan tujuan Pulo Gadung yang membawa serta kami berdua. meninggalkan terminal kalideres sekitar. pukul 11 lewat 30 menit.

Di dalam busway.
Sepanjang perjalanan di dalam busway kami berdua duduk di bangku paling belakang, karna dari tempat duduk paling belakang lebih leluasa melihat - lihat pemandangan sekitar. Keadaan busway yang saat itu tidak seperti biasanya penuh sesak kali ini tampak sepi hanya berisikan beberapa penumpang saja. Memberikan saya waktu sejenak untuk memejamkan mata.
Sekitar pukul 12.00 siang kami tiba di halte Busway stasiun kota setelah sebelumnya kami berganti busway terlebih dahulu perjalanan kami kali ini terbilang beruntung karna jalanan Jakarta yang biasanya penuh sesak dengan kemacetannya saat itu tidak nampak.
Kami berdua kemudian melanjutkan perjalanan selanjutnya dengan berjalan kaki dari halte busway stasiun kota menuju tempat tujuan. Berjalan kaki tidak memakan waktu cukup lama, karena kota tua berletak tidak begitu jauh dari tempat dimana kami berada.
“Kalau hari minggu dan Senin semua museum yang berada di sekitar kota tua tutup, tapi tidak menjadi sebuah hambatan karena kita masih bisa menikmati suasana tempo dulu yang menjadi daya tarik tempat tersebut”, jelas Andrianto. Andrianto sendiri sudah beberapa kali berkunjung kekota tua guna berbagai keperluan, terutama menyalurkan hobi fotografi.

Penyewaan sepeda ontel.
Bagi anda yang ingin sekedar mengelilingi kota tua menggunakan sepeda ontel, di sana tersedia tempat penyewaan sepeda ontel hanya dengan mengeluarkan ongkos sebesar Rp.10.000, untuk satu jam lamanya waktu penyewaan sepeda.
Tapi jika anda merasa belum puas tersedia paket penyewaan sepeda plus seorang pemandu yang siap membawa kita berkeliling kota tua sambil bercerita tentang sejarah tempat yang akan kita jamahi sepanjang jalan semua itu dapat kita nikmati hanya dengan mengeluarkan uang sebesar Rp.100.000 saja.

Air Mancur Museum Fatahillah.
“Zaman dahulu, air mancur yang berada tepat didepan museum fatahillah ini digunakan sebagai tempat mengeksekusi tahanan yang dijatuhi hukuman mati, ditandai dengan bunyi lonceng berdentang sebanyak tiga kali menandakan akan ada tahanan yang akan dihukum mati baik dengan cara di gantung ataupun dengan cara dipenggal kepalanya”, jelas Dedi, seorang pemandu wisata sepeda ontel kepada kami. Dedi sendiri sudah dua tahun lebih bekerja sebagai pemandu sepeda ontel dikawasan sekitar kota tua.
Lelah sehabis menempuh perjalanan jauh kami berdua singgah sejenak didekat air mancur guna meregangkan otot-otot kaki yang mulai terasa sedikit kram.

Pasangan Penipu Ulung.
Tepat pukul setengah satu siang, kami berdua masih belum beranjak dari tempat peristirahatan. Tiba-tiba kami dihampiri sepasang suami istri sang suami membawa karung berisikan sampah plastik sementara sang istri memunguti sisa-sisa gelas plastik yang sudah di tinggalkan pemiliknya.
“Istri saya sedang hamil 5 bulan semenjak kemarin kita berdua belum makan nasi”, jelas sang suami yang tidak mau member tahu identitasnya kepada kami. Mereka berdua hampir setiap hari berada di sekitar kawasan kota tua hanya untuk mencari sisa gelas plastik.
Hanya berjarak berberapa meter dari tempat kami berempat berada terdengar pengerah suara memberi peringatan kepada para pengunjung agar berhati-hati terhadap penipuan dan pemerasan. Pasangan pemulung tersebut mulai bertingkah aneh saat mendengar peringatan dari petugas setempat, mereka berdua mengalihkan perhatiaan dengan meminta kami memotret kemesraan mereka berdua, lalu menghilanglah mereka menjauhi kami berdua.

Kali Besar
Pemandangan di Kota Tua sungguh mengagumkan, kaki yang mulanya terasa lelah terabaikan oleh kekaguman akan panorama tempo dulu yang di suguhkan tempat tersebut. kami berdua berjalan menelusuri sisi lain kota tua terlihat sebuah sungai yang airnya tampak hitam dan mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Kebanyakan orang sekitar menyebut sungai tersebut dengan sebutan kali besar dahulu tempat tersebut menjadi urat nadi lalu lintas kapal bongkar muat barang tapi seiring perubahan zaman dan keadaannya yang sudah tidak layak, sungai tersebut tidak digunakan lagi.
Sekitar kali besar masih berdiri bangunan-bangunan tua yang dulunya digunakan sebagai kantor. Termasuk kantor media cetak antara yang dari dulu hingga kini masih digunakan.
Untuk yang hobi fotografi di sekitar kali besar terdapat sebuah bangunan yang disewakan sebagai tempat pemotretan model maupun prawedding dengan harga Rp 75.000 per jam, kita bisa menggunakan gedung tersebut baik berkelompok atau hanya beberapa orang saja. Sayangnya kami hanya berdua tak cukup untuk menyewa tempat tersebut.
Langit tampak gelap diselimuti awan hitam menandakan sudah saatnya kami berdua untuk bergegas pulang agar terhindar dari hujan yang akan segera turun. Sebelum pulang kami berdua sempatkan diri mampir ke ATM terdekat mengambil sedikit uang untuk ongkos pulang.
Tiket sudah di tangan sekitar pukul 4 sore itu busway yang kami naiki meninggalkan halte stasiun kota. Akan memakan waktu 1 jam menuju terminal Kalideres karena kepulangan kami berdua bertepatan dengan waktu pulang karyawan, sehingga jalan kota Jakarta macet seperti biasanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar