Cari Blog Ini

"WORDS CAN CHANGE ANYTHING"

Hidup ini singkat. Tidak ada waktu untuk meninggalkan kata-kata penting tak terkatakan. -Paulo Coelho-

Rabu, 08 Desember 2010

KOTA KEMBANG BANDUNG

Oleh: Helena Aprillia H.

Siapa yang tak kenal dengan kota yang menjadi Ibu Kota Jawa Barat. Ya Bandung, adalah salah satu kota wisata yang menjadi pilihan para pelancong dalam negeri dan luar negeri. Jika merujuk pada Wikipedia kota yang memiliki luas wilayah sekitar 167.67 km persegi ini memiliki potensi pariwisata yang sangat banyak. Mulai dari perkebunan, wisata air (Ciater, dll), mal-mal besar yang tersedia memanjakan para wisatawan untuk berbelanja.
Tak hanya itu saja bandung pun menyediakan makanan yang sangat lezat untuk bisa menggoyang lidah para pecinta kuliner yang memang dengan sengaja menjajakan kakinya di Bandung. Belum lagi setiap akhir minggu Bandung menyuguhkan acara-acara menarik.
Seperti saya yang kemarin memang sengaja datang ke Bandung untuk berwisata sekaligus bertemu dengan teman yang sudah lama tak berjumpa. Saya berangkat pada hari jumat tepatnya pada tanggal 15 oktober 2010. Saya berangkat menggunakan bis pada pukul delapan pagi. Dengan tarif Rp 55.000 saya menaiki bus jurusan Serang-Bandung.
Dengan keadaaan badan yang lelah dan ngantuk karena semalaman saya tidak tidur, saya memaksakan diri untuk menempuh perjalanan darat sekitar kurang lebih empat setengah jam. Dalam perjalanan pun saya tak bisa tidur, akhirnya yang saya lakukan hanya mendengarkan music sambil membaca buku Jurnalisme Sastrawi yang memang buku tersebut adalah buku rujukan yang diberikan oleh dosen saya beberapa minggu yang lalu.
Sesampainya di bandung tepatnya di terminal Leuwi Panjang saya di jemput oleh seorang sahabat yang memang sebelum saya berangkat sudah janjian untuk menjemput dan mangajak saya berkeliling kota Bandung. Saya sampai disana sekitar jam 12.30 WIB.
Dari Leuwi Panjang saya menlanjutkan perjalanan menggunakan motor vario berwarna putih hijau yang berplat nomor A 2516 VK dengan keadaan tubuh yang sudah lelah, Karena sudah waktunya makan siang saya pun diajak untuk makan siang dahulu di kantin Rai. Saat itu menu yang saya puling adalah baso sosis dan cah tahu. Selesai makan kami melanjutkan perjalanan menuju jalan Suka Mekar tempat dimana saya menginap. Akibat lelah dalam perjalanan, ditambah lagi saya belum tidur. Saya memutuskan untuk beristirahat sejenak.
Pada hari itu kami tidak kemana-mana. Hanya menghabiskan waktu dikostan sambil beristirahat. Hanya internetan, nonton televisi, dan mengobrol panjang lebar yang kami lakukan hingga lepas tengah malam. Karena hari itu adalah hari di mana saya sampai kota tujuan, selepas tengah malam kami pun tidur beristirahat.
Keesokan siangnya barulah kami pergi ke tempat kost Dicky untuk mengajaknya berenang di Sampurna. Tapi sayangnya dia tidak bisa ikut dengan kami. Ya cuma saya, Lia dan Nana yang melakukan olahraga air itu.
Mungkin alasan yang diberikan Dicky masuk akal, hari itu cuaca di luar mendung gelap dan akan hujan deras. Tapi walau begitu kami tetap melaksanakan niat awal kami, bisa dibayangkan berenang di cuaca yang tidak mendukung dan batapa dinginnya.
Kami berenang disana dari jam satu siang hingga jam lima sore, di tempat renang Nana dan seusai renang pun kami memutuskan untuk pulang ke tempat kost. Yang kami bawa hanya badan yang lelah seusai renang dan juga pakaian kotor dan basah.
Tapi di jalan kami tak sengaja melihat ada acara di Balai kota, nama acara hari itu adalah “BALKOT FESTIVAL 2010”, karena merasa tertarik maka kami singgah sebentar disana. Ternyata dalam acara tersebut sangat banyak. Mulai dari parade kendaraan hias yang diikuti sekitar 200 kendaraan, pagelaran seni budaya, Bazaar makanan yang menampilkan makanan-makanan khas sekitar 57 jenis, dan juga konser musik yang di meriahkan oleh Mahadewi, Five Minutes, dan TRIAD serta sejumlah artis-artis lokal Bandung.
Sayangnya saya terlambat mengetahui acara tersebut. Ternyata “BALKOT FESTIVAL 2010” dilaksanakan 2 hari berturut-turut. Mulai dari jumat, (15/10) sampai hari sabtu (16/10). Jadi saya hanya menyaksikan acara tersebut hanya hari sabtu saja. Walau hanya satu hari menyaksikan acara tersebut tapi kemcetan tetap terjadi. Secara hari itu pun adalah malam minggu. Malam dimana anak-anak muda berkumpul karena keesokan harinya mereka libur.
Belum lagi di depan Bandung Indah Plaza (BIP), seperti kebiasaan radio-radio di Bandung mengadakan live performance. Membuat jalanan di sepanjang BIP semakin macet dan penuh sesak. Tapi walau begitu tak mengurangi keinginan masyarakat untuk melihat live performance tersebut.
Malam harinya saya dan Lia keluar untuk mencari makan malam dan pilihan kami malam itu adalah Anata. Anata adalah salon, klinik sekaligus kafe yang berada tak jauh dari Suka Mekar. Malam itu menu yang kami pilih berbeda. Kalau saya memilih untuk makan BBQ, beda hal dengan Lia, dia lebih memilih untuk menyantap makanan Oriental yaitu Kuetiaw goreng.
Seusai makan malam kami pun pulang dan menonton televisi, karena Lia adalah pecinta bola maka tayangan yang terpilih malam itu adalah pertandingan bola. Tapi karena saat itu tak ada liga Inggris makanya kami menonton pertandingan Persib. Dan ternyata Persib berhasil memenangkan petandingan tersebut dengan skor 5-1. Hal ini merupakan kado Spesial dari persib kepada kota Bandung yang memang sedang merayakan ulang tahunnya yang ke-200.
Larut malam kami kami singgah ke kedai surabi yang memiliki nama “Surabi imut” yang berada di jalan Setia Budi. Beragam jenis Surabi disediakan disana. Dari surabi bercita rasa manis dan asin atau gurih dan berbagai minuman penghangat badan juga tersedia. Saya memilih utnuk memesan surabi telor sosis mayonaise. Hmm, saya hanya bisa berdecak kagum karena kelezatannya.
Sedangkan Lia lebih memilih surabi yang memiliki rasa yang manis yaitu surabi coklat keju. Lumayan enak sih, tapi saya kurang menyukai panganan yang terlalu manis seperti itu. Apalagi dengan menu minuman yang kami pesan juga yang cenderung manis.
Keesokan harinya saya dijemput oleh seorang teman dan dia berniat mengajak saya ke Braga. Disana saya melihat pemandangan yang sangat berbeda dengan di sekeliling kota Bandung. Bangunan di sepanjang jalan Braga sangat tua dan masih dipertahankan bentuk aslinya. Daya tarik Braga sangat besar hal ini terlihat dengan banyaknya pengunjung kesana serta ada juga muda-mudi yang berfoto-foto mengunakan objek banguan tua Braga.
Di Braga sendiri berdiri toko-toko lukisan mulai dari toko yang besar hingga pelukis jalananan. Lukisan-lukisan nan indah dipajang di etalase toko, bahkan di emperan toko di jalan Braga sekalipun. Keunikan yang lain dari Braga sendiri adalah jalanan yang tidak diaspal melainkan masih menggunakan keramik kasar dan masih tetap begitu sampai sekarang.
Di perjalanan saya melihat peralihan arus lalu lintas. Dan ternyata pagi itu seperti biasa setiap minggu pagi diadakan “Car free Day,” saya sendiri memang tidak asing dengan kalimat itu tapi saya tidak menyangka jika Kota Bandung melakukan kegiatan tersebut setiap minggunya.
Menurut Deni, warga sekitar, mengatakan bahwa Car Free Day memang biasa dilaksanakan setiap minggu pagi. Dia juga menambahkan kegiatan tersebut dimulai dari jam 6 pagi hingga jam 9 pagi. Car Free day Bandung start dari Simpang Dago dan berakhir di Dago Plaza.
Karena merasa lapar saya dan Dicky makan di pingir jalan Dipati Ukur menyantap Ketupat Padang. Hal aneh saya rasakan saat Dicky memesan “Teh telor”, Dia bilang enak dan sehat. Tapi menurut saya rasa teh telor itu seperti adonan bolu kukus. Walau pun bolu kukus sendiri menggunakan terigu tapi rasanya hampir mirip dengan adonan tersebut. Sampai selesai makan pun saya masih merasa mual dengan aroma teh telor yang Dicky minum.
Sekitar jam 11 siang saya pulang kekostan Lia dan beristirahat. Dan perjalanan pun dilanjutkan jam setengah satu siang. Tujuan selanjutnya adalah Ciwalk. Seperti yang anda ketahui, Ciwalk adalah salah satu mal di bandung yang siap untuk memanjakan para pengunjunganya dengan berbagai jenis resto, tempat belanja, hingga arsitektur Ciwalk yang sangat nyaman bagi setiap orang yang memang ingin duduk-duduk.
Niat saya kesana ingin nonton di XXI tapi ternyata film yang ingin kami tonton saat itu sudah mulai sekitar 15 menit yang lalu. Akhirnya kami mengambil jam film selanjutnya yang dimulai sekitar jam 3 lewat 15 menit. Karena masih merasa lama, kami pun berkeliling Ciwalk dan akhirnya hanya duduk-duduk dan mengobrol sambil menunggu waktu film di mulai.
Film yang kami tonton selesai sektar jam 5 lewat 15 menit, tapi ternyata ada sedikit masalah, kunci motor Dicky hilang. Terjatuh entah dimana, tapi tak sedikit pun terlihat raut muka yang panik dari wajah teman saya itu. Dia hanya bisa tersenyum sambil mencoba menelusuri jalan yang kami lewati tadi. Karena tidak ketemu kunci yang kami cari akhirnya kami pun mencoba meminta bantuan kepada petugas disana dan ternyata kunci yang kami cari telah diamankan di pos satpam dibagian parkir. Saya hanya bisa tersenyum miris melihat dia teledor meletakan barang yang menurut saya sangat berharga.
Melihat saya yang sudah agak sedikit Jenuh karena kajadian tadi, maka teman saya pun membawa saya ke kafe “Madtari,” disana menyediakan berbagai jenis roti bakar dan indomie. Saya adalah pecinta mie, maka menu yang saya pilih adalah indomie kornet keju.
Anda mungkin bingung kenapa saya memilih menu itu, saya ditantang olehnya untuk bisa menghabiskan semangkuk indomie yang penung dengan keju. Saat pesanan saya datang dia hanya tertawa dan berkata “Hayo abisin!!” saya pun menghabiskan mie itu. Ternyata rasanya enak kok, ga seperti apa yang dia ceritakan.
Sebelumya dia pernah bercerita bahwa yang tidak biasa maan mie jenis ini makan merasa mual karena banyaknya keju yang bertumpuk diatas mie yang memang rasanya sudah gurih belum lagi ditambah dengan rasa kornet.
Senin tanggal 18 oktober 2010 adalah hari terakhir saya di bandung. Lia yang memang kebetulan adalah mahasiswa Universitas Maranatha angkatan 2007, Fakultas Sastra, jurusan Bahasa Inggris. Mengajak saya untuk berkeliling tempat dia memimba ilmu. Tahun ini adalah tahun terakhir dia kuliah. Karena saat ini Lia sedang menyusun Tugas Akhirnya (TA) sebagai persyaratan dia lulus.
Saat berkeliling kampus Maranatha saya kagum dengan arsitekturnya. Gedung-gedung perkuliahan tersusun sangat rapi, belum lagi luasnya kampus membuat saya merasa nyaman berada disana.
Di Maranatha sendiri memiliki delapan fakultas yang terdiri dari Fakultas Kedokteran, Teknik, Psikologi, Sastra, Ekonomi, Seni Rupa dan Desain, Teknologi Informasi, serta Fakultas Program Ganda. Di tambah lgi dengan adanya program pasca sarjana membuat kampus ini semakin lengkap.
Sebelum saya pulang ke Serang saya menyempatkan makan siang dengan menu Lomie, sejenis mie dengan kuah kental yg diberi ebi, baso dan pangsit. Bandung menyediakan berbagai jenis tempat yang sanagt patut dikunjungi. Dan itulah sekelumit perjalanan saya di Kota Bandung yang biasa di sebut sebagai “PARIS VAN JAVA.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar