Cari Blog Ini

"WORDS CAN CHANGE ANYTHING"

Hidup ini singkat. Tidak ada waktu untuk meninggalkan kata-kata penting tak terkatakan. -Paulo Coelho-

Selasa, 18 Januari 2011

MENGENAL MASJID-MASJID DI BANTEN

Oleh : Nurzahara Amalia

Banten, dikenal dengan daerah religius. Wajar saja, sebagian besar penduduk provinsi yang baru saja genap 10 tahun ini memeluk agama Islam. Di setiap Kabupaten atau Kota di Banten, memiliki masjid yang eksotik dan etnik. Untuk itu, sudah saatnya kita sebagai penduduk Banten mengenal masjid-masjid apa saja yang tersohor di wilayah Banten. Baik itu di daerah Serang, Cilegon, maupun Pandeglang.

Masjid Agung Cilegon
Masjid Agung Nurul Ikhlas
Kebanggaan Masyarakat Cilegon
Masjid yang berada di tengah jalan protokol Kota yang baru berusia 10 tahun ini, dan masjid ini merupakan masjid kebanggaan warga Kota Cilegon yang bernama Nurul Ikhlas. Mesjid yang tergolong megah itu dirombak sejak 2 Februari 2006 dibangun 4 lantai yaitu basement dengan luas 1.175 meter persegi, lantai dasar luas 1.372,80 meter persegi, lantai dua luas 1.073 meter persegi dan lantai dome 175,0 meter persegi serta jembatan untuk akses jamaah ke lantai dua luas 200 meter persegi. Masjid yang bisa mampu menampung 2.350 orang jamaah ini juga memiliki empat menara besar yang menjulang tinggi. Sehingga terlihat lebih megah lagi.
Masjid Raya Al Bantani

Setelah dirombak, tepat pada Jumat 27 Maret 2009 masjid bernama Nurul Ikhlas diresmikan Menteri Agama RI, Maftuh Basyuni dan dihadiri Wakil Gubernur H M Masduki. Pembangunan Masjid yang menelan biaya hingga Rp 23 miliar itu diharapkan dapat menjadi pusat syiar Islam di Kota Cilegon.
Masjid ini juga berhadapan dengan rumah dinas walikota Cilegon, masjid ini sering menjadi tempat persinggahan bagi mereka yang berpergian jauh, karena udara di tempat cukup sejuk. Jika anda berkesempatan melintasi masjid yang menjadi landmark Kota Cilegon ini diharapkan bisa singgah dan menunaikan ibadah kepada Allah SWT dan sambil beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan anda.
Masjid ini diharapkan bisa menjadi tempat syiar agama kedepannya, sesuai dengan visi Banten yaitu, rakyat Banten yang berlandaskan Iman dan Taqwa. Amin.

Masjid Raya Al-Bantani

Masjid Raya Al-Bantani, masjid ini merupakan masjid Raya terbesar dan termegah di Provinsi Banten. Masjid ini diharapkan menjadi tempat ibadah secara berjamaah, juga dijadikan pusat pendidikan dan penyebaran Islam secara menyeluruh. Masjid Raya Al-Bantani terletak di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) di Jln. KP3B – Palima, Kecamatan Curug, Kota Serang, Provinsi Banten.

Masjid ini memiliki luas 14.000 m2, diatas tanah seluas 2,8 hektar, terdiri dua lantai, lantai satu dengan luas sekitar 5000 m2 digunakan keperluan shalat dengan kapasitas tampung 10.000 jamaah, lantai dasar (basement) akan dijadikan sebagai pusat kajian Islam yang terdiri dari dua gedung serbaguna, satu auditorium, dan satu perpustakaan, sekretariat masjid, tempat wudhu dan ruangan untuk keperluan lain.

Pada bagian bangunan juga disiapkan ruang setengah lantai (mezanin) yang difungsikan sebagai tempat jamaah wanita, tempat wudu dan penyimpanan prasarana masjid. Sementara empat menara setinggi 46 meter juga dibangun sebagai simbol masjid serta keperluan untuk melihat pemandangan serta difungsikan untuk utility dan sarana air bersih. Untuk kebutuhan selain menggunakan PDAM, juga disiapkan dua sumur artesis dan cadangan air dari kolam penampungan atau waduk KP3B.

Fasilitas lain juga disiapkan dalam rangka aksebilitas penyandang cacat, di beberapa bagian lantai bangunan dan pintu masuk dibuat dengan ciri-ciri khusus dan sengaja didesain agar diketahui, didigunakan dengan mudah oleh para tunanetra dan penyandang cacat lainnya. Biaya operasional masjid tersebut mencapai Rp800 juta setiap tahun yakni biaya listrik, penjaga keamanan, pengurus taman, pesuruh dan biaya operasional lainnya.


Pembangunan masjid ini dimulai Januari 2008 dan diresmikan Gubernur Banten Ratu Atut Choosiyah pada Senin (4/10) lalu. Bersamaan dengan peresmian masjid, Gubernur Banten juga meresmikan peluncuran 30 ribu Mushaf Al-Qur’an Al-Bantani. Pembagunan masjid termegah ini menghabiskan dana senilai Rp 94,3 miliar. Diperkirakan Masjid Raya dan Pusat Kajian Islam Banten ini mampu menampung sekitar 10 ribu jamaah.

Penetapan nama masjid ini sempat menuai polimek, kemudian gubernur Banten Mengeluarkan surat ketetapan No. 451.2/Kep.546-Huk/20I0 tanggal 4 Oktober 2010 tentang Penetapan Masjid Raya Al Bantani sebagai nama Masjid Raya Pusat Pemerintahan Provinsi Banten. Bantani sendiri adalah nama Banten dalam Bahasa Arab. Ulama ulama Banten di Saudi selalu menggunakan nama Al-Bantani sebagai nama belakang, seperti pada nama Ulama seorang ulama Banten yang pernah menjadi Imam Masjidil Haram, Imam Nawawi Al-Bantani. Nama ini sekaligus penghormatan kepada beliau.

MASJID AGUNG BANTEN LAMA
Banten lama, kini menjadi tempat wisata sejarah yang eksotik. Meskipun perawatannya kurang dilestarikan, namun pengunjung Banten lama selalu membludak. Terlebih di hari atau bulan tertentu. Seperti bulan Syawal, Haji, Maulud, Rajab dan Ruwah. Sementara setiap hari Kamis, Jumat dan Minggu pun menjadi hari pilihan bagi para peziarah untuk mengunjungi Masjid Banten Lama. Ada juga waktu yang paling ramai yaitu malam Jum’at ketika malam 14 bulan purnama. Para peziarah percaya malam Jumat tanggal 14 bulan purnama adalah waktu di mana para auliya berkumpul dan bermusyawarah sehingga dikeramatkan, dan bila berziarah pada tanggal itu doanya mustajabah. Wallahu alam. Itu kembali kepada niat si pengunjung.
Para peziarah yang mengunjungi masjid ini tidak hanya dari Banten. Di luar Banten pun tetarik mengunjungi masjid bersejarah ini. Bagi Anda yang tidak mengetahui letak keberadaan masjid ini tidak perlu khawatir. Karena masyarakat Banten khususnya yang tinggal di Kabupaten/Kota Serang tahu jelas lokasi ini yang bisa memandu Anda hingga bisa menuju ke sana.
Masjid agung Banten Lama berada di Kecamatan Kasemen, Serang, Banten. Masjid yang terletak sekira 10 km sebelah utara Kota Serang ini merupakan peninggalan Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), putera pertama Sunan Gunung Jati. Konon, pembangunan Masjid Agung Banten bermula dari instruksi Sunan Gunung Jati kepada Hasanuddin untuk mencari sebidang tanah yang masih suci untuk pembangunan Kerajaan Banten. Hasanuddin lalu shalat dan bermunajat kepada Allah agar diberi petunjuk tentang tanah yang dimaksud ayahandanya. Setelah berdo’a, spontanitas air laut yang berada di sekitarnya menyibak menjadi daratan. Selanjutnya, Hasanuddin mulai mendirikan Kerajaan Banten beserta komponen-komponen lainnya, seperti alun-alun, pasar dan masjid agung. Masjid yang berdiri sejak tahun 1569 M ini memang kental akan nilai budaya dan sejarah. Tidak heran, kalau banyak masyarakat yang penasaran akan keunikan masjid ini. Masjid berarsitektur unik, perpaduan gaya Hindu Jawa, China dan Eropa. Tapi tetap sarat nilai-nilai Islami.
Berdirinya Masjid Agung Banten tidak lepas dari tradisi masa lalu, di mana dalam sebuah kota Islam terdapat minimal 4 komponen. Pertama, ada istana sebagai pusat pemerintahan dan tempat tinggal raja-raja. Kedua, Masjid Agung sebagai pusat peribadatan. Ketiga, ada alun-alun sebagai pusat kegiatan dan informasi. Keempat, ada pasar sebagai pusat kegiatan ekonomi. Keempat komponen ini, jejaknya masih terdapat di Desa Banten Lama Kecamatan Kasemen Kabupaten Serang. Tapi yang masih kokoh berdiri dan berfungsi hingga saat ini hanya Masjid Agung.

MASJID AGUNG PANDEGLANG
Kabupaten Pandeglang sebagai kota santri memang sudah selayaknya memiliki masjid yang agung. Seperti masjid yang berada di jantung Kota Pandeglang. Tepatnya berada di sebelah barat alun-alun Pandeglang. Tentu saja menjadi tempat cukup strategis sebagai tempat ibadah.
Masjid Agung Pandeglang yang bernama Ar-Rahman ini memang tidak seramai masjid Banten Lama dalam sehari-harinya. Namun perawatannya lebih terjaga sehingga masjid bercat warna krem ini selalu tampak indah, bersih, dan rapi. Pandeglang yang juga dikenal sebagai kota yang sejuk, anda akan merasa lebih sejuk lagi berada di adalam masjid agung dengan airnya yang bersumber dari mata air gunung Karang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar