Oleh : Ninis Chairunnisa
Indonesia dirundung kecewa. Dalam pertandingan leg pertama Final Piala AFF, tim nasional Garuda dipermalukan dengan skor 3-0 oleh skuad Malaysia di Stadion Bukit Jalil Malaysia. Kenyataannya kekalahan ini bukan hanya membuat Indonesia kecewa tapi juga marah. Lantaran disinyalir ada perilaku suporter Malaysia yang membuat Indonesia mengalami kerugian.
Salah satu suporter Malaysia menyorotkan sinar laser ke arah pemain Indonesia, yaitu kiper Markus Horison. Sinar laser tersebut mengganggu gerakan Markus sehingga ia sulit melakukan penyelamatan pada gawangnya. Indonesia pun banyak kehilangan moment untuk membuat gol. Sebenarnya benarkah kekalahan Indonesia diakibatkan oleh perilaku suporter Malaysia atau karena mental pemain Indonesia yang masih lembek?
Suporter Indonesia yang menonton pertandingan secara langsung maupun tidak langsung jelas merasakan kekecewaan dan kemarahan mendalam karena tim kebanggaannya kalah oleh perilaku culas suporter Malaysia. Cacian dan makian terhadap Malaysia ramai di account- account jejaring sosial seperti facebook dan twitter. Mereka menganggap bahwa Malaysia sengaja melakukan hal tersebut untuk mengecoh dan menghilangkan konsentrasi pemain Indonesia sehingga Firman Utina cs tidak bisa tampil maksimal.
Pada menit ke-52 babak kedua, pertandingan sempat dihentikan karena pemain Indonesia, Markus Horison merasa sudah sangat terganggu dengan adanya tembakan sinar laser ke arahnya. Terjadi diskusi apakah pertandingan saat itu akan dihentika atau tidak, tapi akhirnya pertandingan dilanjutkan. Saat pertandingan dimulai kembali inilah, irama permainan Indonesia mulai kacau.
Nampaknya pemain Indonesia belum punya mental yang cukup kuat untuk menghadapi berbagai gangguan yang ada. Sebagai pemain timnas layaknya mereka telah punya mental sekuat baja sehingga tidak mudah terpengaruh berbagai kondisi yang dapat mengacaukan konsentrasi. Karena konsentrasi memang hal yang amat penting yang dibutuhkan oleh pemain sepak bola yang berlaga di kancah internasional.
Indonesia berada dalam kondisi konsentrasi terbaik ketika Indonesia mampu membuat lompatan dengan membuat gol ke gawang lawan. Indonesia pun sempat pesta gol ketika menghadapi Laos dan Vietnam di laga penyisihan. Indonesia mulai mendapat banjir pujian ketika berhasil menaklukan lawan- lawannya dengan skor telak.
Banjir pujian ini nampaknya menjadi salah satu penyebab juga kekalahan Indonesia. Mengapa? Tim Indonesia rasanya terlalu dipuja oleh suporternya. Hingga berbagai pujaan dengan berbagai ekspresi dan cara menghujani timnas Indonesia. Kalau dikatakan berlebihan nampaknya memang agak berlebihan. Kelihatannya pemain kita kelewat percaya diri menghadapi Malaysia sehingga bermain tidak optimal.
Pada piala AFF tahun ini, Indonesia begitu dipuja puji karena bisa masuk final. Padahal moment tersebut pernah terjadi tahun- tahun belakangan. Media pun dengan sangat heboh memberitakan kebesaran dan kesohoran timnas yang berhasil menembus final tahun ini. Masyarakat Indonesia berharap banyak pada skuad asuhan Alfred Ridle ini untuk bisa mengganyang Malaysia di laga tandang.
Kalau kita flashback, Indonesia seringkali menang dalam laga kandang. Artinya, indonesia sering meraih kemenangan kala bermain di kandang sendiri. Sedangkan dalam laga tandang, Indonesia jarang beruntung. Penyebabnya mungkin karena timnas tidak cukup kuat bermain di publik lawan yang kebanyakan pasti mengelu- elukan tim lawan. M entalnya bisa drop.
Jadi, nampaknya kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan suporter Malaysia yang membuat kekacauan. Tapi kita juga harus berkaca pada tim kita sendiri. apakah mereka benar- benar telah siap menghadapi Malaysia. Tim harus benar- benar siap skill, tenaga dan mental.
Akan tetapi, kekalahan kemarin bukan berarti Indonesia tidak punya peluang menang di laga leg kedua yang akan diadakan di stadion Gelora Bung Karno 29 Desember 2010 mendatang. Alfred Ridle pasti punya strategi menghadapi Malaysia di kandang timnas. Kita sama- sama berdoa timnas bisa lebih menyiapkan diri secara maksimal dan bermain pula secara maksimal, terutama masalah mental. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar